Judul : Muhammad Al-Fatih 1453
Penulis : Felix Y. Siauw
Penerbit : AlFatih Press, Jakarta
Cetakan : Kelima, November 2013
Tebal : xxvi+320 halaman
Berikut beberapa catatan saya setelah membaca kisah tentang jatuhnya Konstantinopel oleh pasukan yang dipimpin Muhammad Al-Fatih pada tahun 1453 yang dikenal sebagai salah satu penaklukan terbesar dalam sejarah.
1. Penaklukan ini turut diilhami oleh Sabda Nabi Muhammad SAW pada abad ke-7, “Sungguh, Konstantinopel akan ditaklukkan oleh kalian. Maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang menaklukkannya” (HR. Ahmad)
Secara logika agak susah diterima ketika pada saat itu Islam masih berusia muda dan kekuatan militernya belumlah seberapa, ada seseorang yang menyampaikan tentang penaklukan besar yang terjadi di kemudian hari. Dan negeri yang ditaklukkannya pun bukan main-main, Kontanstinopel – Romawi Timur.
Delapan abad kemudian bisyarah itu terbukti ketika Sultan Mehmed II berhasil menaklukkan kokohnya pertahanan ibu kota Romawi Byzantium tersebut.
Ternyata bukan sekali ini saja, Rasulullah juga pernah menyampaikan tentang jatuhnya Persia yang pada akhirnya benar-benar terjadi.
2. Byzantium, sesuai namanya, didirikan oleh Byzas. Pada tahun 324 Kaisar Konstantin memindahkan ibu kota Romawi Timur ke kota ini dan sejak saat itu namanya berubah menjadi Konstantinopel. Pada masa kejayaannya Konstantinopel dikenal sebagai ibu kota imperium terbesar. Kota ini dibangun sedemikian rupa dengan segala kemegahan dan kemewahannya, menjadi kota yang paling diinginkan dunia. Landmark yang paling terkenal adalah Hagia Sophia, sebuah gereja tiga tingkat yang pada masanya merupakan bangunan kubah paling tinggi dan paling besar di dunia.
Dari sisi pertahanan, Konstantinopel memiliki gelar “The City with Perfect Defense”. Kota ini dilindungi oleh tembok berlapis yang kokoh dari sisi laut maupun daratan. Sebelum jatuh di tangan pasukan Utsmani, selama 1.123 tahun tembok ini dapat menahan 23 serangan. Hanya sekali saja tembok ini dapat ditembus, pada tahun 1204 oleh pasukan salib dari sisi laut. Melengkapi pertahanannya, angkatan laut Konstantinopel memiliki pasukan laut tak tertandingi dengan laut Mediterania sebagai wilayah kekuasaannya.
3. Awal pertemuan pasukan muslim dengan pasukan kristen Romawi sebenarnya sudah terjadi semasa Nabi Muhammad Saw masih hidup, yaitu pada tahun 629 di Mu’tah. Sebelum itu Nabi juga mengirimkan surat kepada Heraklius, Kaisar Romaw,i sebagaimana surat yang dikirim kepada para pembesar lainnya, termasuk kepada Kisra III Syahansyah Persia. Romawi dan Persia adalah dua kekuatan adidaya pada saat itu.
Pasca meninggalnya Rasulullah Saw, perjuangan menyebarkan Islam ke penjuru dunia diteruskan oleh para khalifah. Satu persatu kota penting Romawi seperti Busra, Damaskus, Antioch, Alexandria, Yerusalem, Homs jatuh ke tangan pasukan muslim. Ekspedisi juga dilakukan di laut. Di antara yang terkenal adalah kemenangan pasukan muslim atas pasukan laut Byzantium yang dipimpin oleh Kaisar Konstan II pada sebuah pertempuran laut yang dikenal dengan The Battle of Mats (Perang Tiang Kapal).
Pada masa Muawiyah, pasukan muslim mengepung Konstantinopel dari jalur darat, namun berakhir dengan kekalahan. Pun pada masa Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, pasukan muslim menderita kekalahan. Pada tahun 718, Khalifah Umar bin Abdul Aziz menarik pasukan dari Konstantinopel. Sejak saat itu tidak ada lagi pengepungan Kontantinopel oleh pasukan muslim selama 350 tahun .
Pada masa berikutnya kekuatan jihad justru muncul dari kaum Turki, Kesultanan Saljuk. Awal peran mereka adalah saat berhasil menghancurkan perlawanan Bani Buwaihi yang beraliran Syi’ah terhadap Kekhalifahan Abbasiyah. Saat itu pemimpin Saljuk adalah Tughril Bey. Pemimpin berikutnya, Alp Arslan semakin memantapkan wilayah-wilayah dalam kekuasaan Kekhalifahan Abbasiyah.
Saat mengetahui Alp Arslan mengerahkan pasukannya ke Georgia, Armenia dan tanah-tanah Byzantium, Kaisar Byzantium, Romanos IV Diogenes mengumpulkan pasukan Byzantium dan gabungan Eropa untuk menghancurkannya. Pertempuran Manzikert pun tak terelakkan, tetapi justru Alp Arslan dan pasukannya yang mendapatkan kemenangan.
Kekalahan Byzantium pada pertempuran Manzikert membuka jalan bagi Kesultanan Saljuk untuk menguasai sebagian besar Anatolia dan tentunya jalan menuju Konstantinopel. Sekitar tahun 1220, para penulis barat bahkan menyebut Anatolia sebagai Turchia. Kaum Turki sendiri tidak memiliki niat untuk merebut kekuasaan. Mereka bersumpah setia kepada Khalifah untuk menjadi pasukan khusus yang mereka sebut Ghazi.
Abad ke 13, tragedi muncul dari bangsa Mongol. Bangsa yang memiliki awal tradisi yang sama dengan Bani Saljuk ini lewat pemimpinnya Gengis Khan meluaskan wilayahnya ke arah barat. Sedikit demi sedikit wilayah Saljuk dan Kekhalifahan dapat dikuasai. Puncaknya, ibukota kekhalifahan Abbasiyah, Baghdad jatuh di tangan Hulagu Khan pada 1258.
Ditengah meredupnya pamor Kesultanan Saljuk muncullah seorang tokoh bernama Ustman bin Ertughrul. Kemenangan yang diraih atas pasukan Byzantium di dekat Nicaea pada 1302 membuat dirinya didukung lebih banyak kaum Turki di Anatolia, mereka menggelarinya “Sultan para Ghazi”.
Tahun 1299 Ustman bin Ertughrul mengukuhkan Kesultanan Ustmani dengan dirinya sebagai Sultan pertama.
Visinya sangat jelas, orang menyebutnya sebagai “Impian Utsman”, yaitu Konstantinopel. Ekspansi dilakukan. Bursa takluk pada 1326 di masa Orhan dan dijadikan ibu kota Kesultanan Utsmani. Pun kota Nicaea, Nicomedia, Scutari dan Gallipoli tak luput dari penaklukan Orhan. Adrianopel yang kemudian berganti nama menjadi Edirne takluk di masa Murad I. Sejak saat itulah Kesultanan Utsmani memiliki 2 basis, Bursa di Asia dan Edirne di Eropa dengan Selat Dardanella sebagai penghubungnya.
Setelah Sultan Murad I, estafet kepemimpinan dilanjutkan oleh Sultan Beyazid I, Sultan Mehmed I, Sultan Murad II, dan Sultan Mehmed II.
4. Kemenangan atas Konstantinopel akhirnya diraih oleh Sultan Mehmed II atau dikenal dengan Muhammad Al-Fatih setelah melalui 54 hari pengepungan. Bisa dibayangkan dengan waktu sebanyak itu ditambah dengan 250 ribu pasukan, bagaimana manajemen logistik berperan. Berapa liter air harus disediakan, berapa ton daging harus diberikan, dan tentunya mengelola kotoran manusia agar tidak mengganggu kesehatan mereka.
Belum lagi senjata dan amunisinya, semuanya dalam jumlah yang besar, dan semuanya dapat disediakan dengan baik. Sepertinya pengepungan ini memang telah disiapkan Sultan Mehmed II jauh-jauh hari dengan matang.
5. Dalam rangkaian peperangan yang panjang itu kita melihat strategi gemilang dari Sultan Mehmed II ataupun Kesultanan Utsmani :
• Sultan membangun Benteng Bogazkesen yang dikenal dengan Rumeli Hisari berhadap-hadapan dengan benteng Anadolu Hisari yang sebelumnya dibangun Sultan Beyazid I. Kedua benteng ini berfungi untuk memotong Selat Bosporus dan mengamankan jalur Kesultanan Utsmani di Asia dan Eropa, serta memutus suplai logistik dari Laut Hitam ke Konstantinopel.
• Untuk menghadapi tangguhnya tembok Konstantinopel Sultan meminta kepada ahli meriam, Orban, untuk membuat meriam raksasa, meriam terbesar yang pernah dibuat pada saat itu. Meriam ini sanggup menghasilkan lubang pada dinding Konstantinopel dengan dentuman yang keras.
• Didalam pasukan Utsmani terdapat divisi yang paling terkenal, yaitu Yeniseri, yang bisa dikatakan sebagai pasukan elitenya Utsmani. Pasukan Yeniseri direkrut dari anak-anak Kristen dan Yahudi korban perang berusia 8 – 20 tahun. Mereka mendapatkan pendidikan terbaik berupa fisik, mental, sains dan Islam. Banyak dari mereka kemudian menjadi muslim. Pasukan inilah yang paling ditakuti oleh pasukan musuh karena ketangkasan dan kecepatannya.
• Selama pengepungan, salah satu sebab masih kokohnya tembok Konstantinopel adalah karena kapal-kapal Utsmani tidak bisa merebut teluk Golden Horn karena adanya rantai raksasa yang dipasang Konstantinopel sehingga menghalangi pintu masuknya.
Apa yang terjadi berikutnya akan dikenang oleh sejarah sebagai salah satu strategi peperangan terbaik. Tidak ada yang menyangka sebelumnya, Sultan memerintahkan kapal-kapal diangkat dari Double Columns di Selat Bosphorus melewati daratan Galata menuju Valley of Springs di teluk Golden Horn. Sebanyak 72 kapal lengkap dengan awak, layar dan seluruh perlengkapannya berhasil ditarik melalui jalur darat dalam waktu hanya 1 malam.
• Sultan Mehmed II memanfaatkan ketidakharmonisan hubungan antara Roma dan Konstantinopel pada saat itu. Hal ini dilatarbelakangi perbedaan praktek dalam agama. Byzantium mewakili Katolik Yunani atau Katolik Ortodoks, sedangkan Roma mewakili Katolik Latin atau Katolik Roma. Ini diperkeruh dengan penjarahan Konstantinopel oleh pasukan Katolik Roma pada 1204. Perpecahan ini menjadi salah satu penyebab jatuhnya Konstantinopel ke tangan pasukan Utsmani.
6. Sekarang tentang Sultan Mehmed II dan pasukannya yang digelari Nabi sebagai sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baik pasukan. Untuk menggambarkannya, saya kutipkan tiga dari sekian banyak pengakuan.
“Kami tidak pernah melihat dan tidak pernah mendengar sebelumnya, sesuatu yang sangat luar biasa seperti ini. Muhammad Al-Fatih telah mengubah bumi menjadi lautan dan dia menyeberangkan kapal-kapalnya di puncak-puncak gunung sebagai pengganti gelombang-gelombang lautan. Sungguh kehebatannya jauh melebihi apa yang pernah dilakukan oleh Alexander The Great” — Yilmaz Otuna dalam Osmanli Tarihi mengutip komentar sejarawan Byzantium tentang peristiwa pengangkatan kapal.
“Oh, seandainya kalian mendengarkan bagaimana suara mereka naik sampai ke langit, niscaya kalian akan lumpuh” — Uskup Leonard menggambarkan suasana pengepungan Konstantinopel.
“Rasa lapar tidak mampu menghalangi mereka, tidak pula kurang tidur, atau pertempuran yang tiada henti, maupun luka dan pembantaian, atau kematian sanak saudara di depan mata mereka, atau pemandangan yang mengerikan yang akan membuat mereka menyerah, atau sekedar mengendorkan semangat untuk mencapai tujuan” — Kristovulous
Dengan membaca buku ini kita mendapatkan sosok pemuda dengan semangat dan visi besar yang tertanam dalam dirinya. Seseorang yang sejak awal telah mendapatkan pendidikan terbaik dari dua ulama besar, Syaikh Ahmad Al-Kurani dan Syaik Aaq Syamsuddin. Pemuda itu kemudian tumbuh menjadi pemimpin terbaik, yang kemudian dalam usianya yang 21 tahun, bersama pasukan terbaik pula, ia telah menorehkan prestasi yang luar biasa, penaklukan negeri yang dijanjikan oleh Nabinya. Dalam sudut pandang yang lain, kejutan-kejutan yang ditunjukkan membuat kisah ini menarik jika kita membahasnya dalam hal strategi. Selama ini orang banyak mengenal The Art of War dari seorang Sun Tzu, misalnya. Boleh jadi setelah membaca buku ini kita akan mendapatkan aplikasi dari strategi yang sama, atau ada hal baru yang berbeda. Selamat membaca. (sam)
Komentar Terbaru