0f978153103ab85b3b26f1ee87310d89Judul Buku       : The Kite Runner

Pengarang        : Khaled Hosseini

Tahun Terbit     : 2008

Penerbit            : Qanita

Tebal Buku       : 496 halaman

Novel bestseller versi New York Times karya Khaled Hosseini ini telah diterbitkan dalam 42 bahasa. Novel yang sangat fenomenal, yang membuat kita ingin tahu lebih jauh tentang arti dan juga hakekat kehidupan. Novel ini menceritakan tentang kehidupan masyarakat yang berbeda status sosial dan juga asal ataupun keturunannya. Namun tetap bisa hidup bersama hingga sesuatu mengguncang hidup mereka. Dimulai dari kehidupan di masa anak-anak hingga mereka dewasa dan matang dalam melakukan semua tindakan mereka.

Amir, tokoh aku dalam novel ini sebagai pelaku utama dalam novel ini. Hassan, sahabat dan teman yang selalu setia menemani Amir kemanapun dia pergi. Hassan yang selama hidupnya belum bisa melihat wajah ibunya karena setelah melahirkan ibunya meninggalkan dia yang terlahir dengan bibir sumbing ini dan juga meninggalkan ayahnya untuk menjadi seorang penyanyi.  Amir dan Hassan adalah dua orang yang berbeda latar belakang sosial dan juga keturunannya, namun mereka bisa menjalani hidupnya bersama dalam waktu yang tidak pendek. Hassan, seorang keturunan Hazara yang berasal dari kalangan muslim syi’ah selalu menjadi bahan ejekan semua orang karena raut mukanya yang kurang menarik. Ali, ayah Hassan adalah teman yang selalu setia menemani kehidupan ayah Amir. Ali ditinggal pergi oleh istrinya seminggu setelah kelahiran Hassan. Sebuah anugrah yang indah dari sang kuasa yang bisa menyatukan mereka meski perbedaan yang begitu banyak dalam hidup mereka. Amir dan Hassan akan selalu bermain dan pergi kemanapun bersama. Kebiasaan mereka adalah mendaki bukit dan Amir membacakan cerita untuk Hassan karena Hassan tidak bisa membaca.

Baba adalah orang yang sangat terhormat dan disegani di lingkungannya. Baba mempunyai kegiatan rutin di ruangannya, yaitu merokok sambil berbincang-bincang dengan Rahim Khan, teman bisnisnya.Baba sangat menyayangi Amir dan juga Hassan. Baba tidak akan pernah melupakan hari  ulang tahun Hassan, dan tiap tahun Baba akan selalu memberi hadiah kejutan untuk Hassan. Terkadang Amir merasa iri akan perhatian yang diberikan baba pada Hassan. Seperti ketika baba memberi hadiah kepada Hassan untuk mengoperasi bibirnya yang sumbing, Amir juga merasakan bahagia. Kini bibir Hassan telah dioperasi, hanya tinggal garis merah yang tertinggal di sudut bibirnya.  Amir dan Hassan takkan terpisahkan, meskipun jurang perbedaan dalam diri mereka sangat dalam.

Hubungan keduanya sangat erat dan ketika saat yang mereka tunggu telah tiba, musim dingin. Dengan berbagai lomba layang-layang yang akan mereka ikuti. Selama 12 tahun Amir tidak pernah sekalipun memenangkan perlombaan itu, berbeda dengan ayahnya yang  selalu bisa diandalkan dan juga bisa melakukan semuanya sendiri. Sifat antara Amir dan ayahnya sangat berbeda, amir yang sangat penakut sedangkan baba atau ayahnya yang sangat pemberani. Baba dan Hassan mempunyai banyak hal yang sama dalam hal kebiasaan dan juga keberaniannya. Kini tibalah saat olimpiade layang-layang dimulai, Amir dan Hassan juga mempersiapkan segala sesuatunya. Awalnya Amir amat takut kalah namun karena dorongan baba dan juga Hassan akhirnya Amir berjuang mengikuti lomba itu. Babak demi babak dinulai, namun akhirnya Amirlah yang jadi pemenangnya. Saat itu, Hassan langsung menawarkan diri untuk mengejar layang-layang yang putus terakhir karena layang-layang itu bisa menjadi kebanggaan yang bisa mereka tunjukkan kepada semua orang. Hassan adalah pengejar layang-layang yang sangat hebat, dia bisa mengetahui dimanakah kira-kira layang-layang itu akan terjatuh. Dan Amir sangat yakin bahwa Hassan akan bisa mendapatkan layang-layang itu.

Namun setelah ditunggu sampai senja merayap Hassan tak kunjung datang maka Amir memutuskan untuk mencarinya. Amir bertanya pada setiap orang yang ditemuinya di jalan. Hingga dia menemukan Hassan dengan tiga orang yang selalu mengganggu dan memusuhi Hassan. Mereka ingin menyingkirkan Hassan karena mereka tidak menyukai Hazara.

Amir hanya diam terpaku, melihat apa yang terjadi pada Hassan. Assef, pemimpin dari ketiga orang itu berusaha mengambil layang-layang yang telah didapatkan Hassan untuk Amir. Semua terjadi begitu cepat,dan Amir berlari meninggalkan mereka. Bersembunyi di dekat pasar dan mulai menampakkan diri ketiga tiga orang tadi telah melewatinya. Amir sadar bahwa dirinya adalah seorang pengecut, tapi dia tak mau mengakuinya. Hingga mereka bertemu dalam gelap, Amir tidak bisa melihat wajah Hassan dengan jelas begitu juga dengan sebaliknya. Setelah kejadian itu, Amir dan Hassan tak lagi bercakap-cakap dan bermain bersama.

Hingga di suatu sore, Ali berkata kepada baba bahwa dia akan pergi dari tempat yang selama ini ia tinggali. Baba sangat terkejut dan menangis di hadapan Amir untuk pertama kalinya. Namun keputusan Ali itu tak dapat di ubah lagi, maka dengan berat baba melepas kepergian mereka. Beberapa bulan setelah mereka pergi, Baba dan Amir ikut pergi ke Peshawar. Kehidupan disana amatlah berbeda apalagi setelah mereka tak bersama lagi dengan Hassan dan juga Ali. Amir memulai hidup baru disana. Setelah lama tinggal di Peshawar, akhirnya mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya ke Amerika Serikat.

Disana mereka bekerja sebagai tukang loak, dan dari hasil itulah mereka mencukupi kehidupan sehari-harinya. Hingga pada suatu sat baba jatuh sakit dan di vonis menderita kanker paru-paru stadium akhir. Bagaikan petir di siang bolong mereka mendengar kabar itu. Namun itulah yang terjadi, meskipun baba juga tidak mau di terapi untuk memperpanjang hidupnya di dunia ini. Selama di loak itu, Amir bertemu dengan seorang gadis yang cantik rupawan. Rupanya Amir jatuh hati padanya dan dia akhirnya meminta kepada baba untuk melamarkan gadis itu untuknya. Untuk hal ini tidak terlalu sulit karena baba telah mengenal ayah agdis itu. Pesta pernikahanpun dilakukan dengan sangat sederhana, mengingat kondisi kesehatan baba yang makin menurun.

Hingga saat terakhir Amir melihat baba, ketika sebuah telepon yang datang dari Rahim Khan, sahabat baba yang dulu selalu menemani baba dan juga Ali. Telepon inilah yang akan mengubah hidupnya untuk selanjutnya. Amir berpamitan kapada Soraya, istrinya bahwa dia akan pergi sebentar untuk mencari sahabat lama baba. Akhirnya Amir bertemu dengan Rahim Khan, namun perubahan dalam diri Rahim Khan sangat mengejutkannya. Rahim menceritakan semua rahasia dan juga kebohongan yang selama ini ada dalam hidup mereka. Tentang kenyataan bahwa dia dan Hassan adalah saudara tiri. Mereka mempunyai ayah  yang sama dan menyusu pada orang yang sama meski ibunya berbeda.

Potongan puzzle kehidupan terus berputar, Amir mendengar bahwa Hassan telah menikah dan mempunyai seorang anak laki-laki. Namun hal yang sangat membuatnya sakit adalah kenyatan bahwa Hassan telah meninggal karena telah dibunuh oleh orang talib. Kini Amir tahubahwa keponakannya membutuhkan pertolongannya, anak dari Hassan yang telah sebatang kara karena telah ditinggal mati oleh kedua orang tuanya. Amir tahu bahwa nama anak Hassan adalah Sohrab. Sohrab sekarang ada di Afghanistan, tanah kelahiran Amir dulu. Sohrab adalah anak yang cerdas. Meskipun kadang semua tindakannya membingungkan.Sohrab adalah anak yang pendiam dan tak banyak bicara, mungkin lingkungan panti asuhanlah yang membuatnya jadi seorang yang pendiam.

Pernah ketika Amir gagal mengurus visa dan surat adopsi untuk perpindahan Sohrab ke Amerika Serikat.Sohrab tak berkata apa-apa, hanya diam dan diam merenungi nasibnya. Sohrab sangat takut dikembalikan ke panti asuhan sehingga dia mencoba bunuh diri dengan memotong pergelangan tangannya. Namun Amir masih bisa menyelamatkannya, dan Amir berjanji tidak akan memasukkan Sohrab ke panti asuhan lagi. Dengan kejadian itulah maka Sohrab semakin menjadi seorang anak yang pendiam. Begitu juga ketika mereka sudah berangkat ke Amerika setelah Amir menelepon dan memberi tahu istrinya bahwa dia tidak pulang seorang diri namun bersama seorang anak.

Sesampainya di Amerika, Soraya sudah menunggu kedatangan mereka berdua. Sungguh kejadian yang mengharukan, setelah mereka terpisah hampir sebulan dan tak ada satu kabarpun pada Soraya. Soraya sangat bergembira akan datangnya Sohrab, mungkin dari Sohrab itulah muncul rasa keibuan yang dimiliki oleh semua wanita. Namun Sohrab tetaplah Sohrab yang dulu meski mereka telah berusah membuat Sohrab menjadi anak yang ceria. Sohrab tetap jadi anak yang pendiam. Hingga pada suatu hari, Amir mengajaknya bermain layang-layang, namun tak ada senyum dalam setiap tindakannya. Sampai pada akhirnya Amir bisa memenangkan layang-layang dan menawarkan diri kepada Sohrab untuk mengejar layang-layang yang telah diputuskannya. Amir berpikir bahwa tindakannya itu sebagai penebus kesalahannya pada Hassan di masa kecilnya. Kehidupan baru akan dimulai dan lembar demi lembar mewarnai kehidupan mereka.

Buku ini sangat menarik, apalagi jika dilihat dari sisi sosial. Kehidupan yang berasal dari kasta dan juga kelas sosial bukanlah hidup yang mudah. Kita bisa mengetahui bagaimana keadaan yang dialami oleh orang yang terbuang, orang yang tak dianggap akan hadirnya. Buku ini menghadirkan cita rasa yang tinggi bagi sang pembaca, sungguh sangat menyentuh dan menggugah perasaan kita. Cerita yang sangat menyentuh dan juga mempesona membuta kita lupa bahwa kita ini hidup di dunia ini bukan karena status sosial semata. Buku yang sangat indah, yang menyajikan korelasi antara jiwa dan juga spiritual. Kehidupan di luar yang tak pernah kita ketaui. Tentang Afghanistan dan kesedihan serta kepiluannya. Tentang Taliban yang amat keras dalam melakukan ajaran agamanya. Mungkin hanya untuk kepentingan pribadi. Amir, yang kehidupannya serba kecukupan dan juga kasih sayang orang tua yang tercurah hanya padanya dan Hassan itu ternyata memendam suatu rahasia yang terus membayanginya selama hidupnya. Sungguh ironi bila Amir tidak bisa melihat apa yang telah terjadi pada dirinya dan Hassan.

Perbedaan dan segala sesuatu yang bisa memisahkan mereka ternyata berhasil memisahkan mereka ketika sebuah kesalahan itu dilakukan oleh Amir. Mungkin kita juga bisa merasakan hal yang sama seperti Amir, ingin jujur namun sangat berat untuk mengatakannya. Tapi berat beban yang ditanggungnya tak mampu ia sembunyikan. Sungguh sulit apabila kita yang berada pada posisi Amir. Amir yang lemah tetapi jago dalam hal mengolah kata. Amir yang ingin menjadi seorang anak yang benar-benar dianggap dan disayangi oleh baba. Perjuangannya sungguh sangat berat.

Begitu pula dengan Hassan, yang selalu setia menemani dan membela Amir dalam setiap masalah. Namun dia tak bisa berbuat karena dia hanyalah seorang Hazara. Hazara, orang yang tidak dianggap keberadaannya. Mungkin dalam hati Hassan berpikir andai dia yang menjadi Amir.  Mungkin kalau kita yang jadi Hassan akan tetap setia pada Amir karena tak ada lagi teman yang mau bermain bersamanya. Perasaan senang dan juga sedih yang dirasakan oleh Hassan belum tentu bisa dirasakan oleh kita yang taak pernah mengalami masa sulit seperti Hassan.

Buku ini sangat cocok untuk kita, mahasiswa yang ingin tahu lebih dalam tentang sebuah perasaan dan juga pengorbanan. Tentang sebuah rasa yang mungkin tak pernah kita rasakan sebelumnya. Kita bisa sedikit merasakan bagaimana sedihnya apabila menjadi seseorang seperti Hassan. Pengorbanan yang tidak akan sia-sia karena telah dilakukan dengan sepenuh hati. (Fida)